0 comments

VIOLENT COMMUNICATION: KEKERASAN DALAM KOMUNIKASI

“Kamu tuh gak becus”
“Masa gini aja ga bisa, kamu lulus SD gak sih?”
“Karena kamu ini semua pekerjaan jadi berantakan!”
“Kayaknya kamu gak bisa deh ngerjain ini”

Pernah gak sih kalian mendapatkan kata-kata di atas, baik dari atasan, guru, orangtua, atau bahkan partner sendiri?  Sebagian orang menganggap ini hal yang biasa, sebagian lagi dan mungkin bagian ini lebih banyak yang memasukan dalam hati, merusak mood kerja, merasa rendah diri, terbebani atau bahkan sampai depresi.

Pernahkah kalian sadari bahwa ini termasuk kekerasan dalam berkomunikasi, kekerasan yang tidak menggunakan fisik tapi rasanya lebih pahit daripada fisik. Berikut share sedikit tentang klasifikasi kekerasan dalam komunikasi, apa dampak nya dan bagaimana memperbaikinya

Secara garis besar ada empat bentuk kekerasan:
1. Fisik,
Kekerasan fisik didefinisikan sebagai ancaman atau tindakan kekerasan fisik oleh orang lain.
2. Emosional
Pelecehan emosional bersifat memaksa perilaku verbal dan non-verbal seperti penghinaan atau membanting pintu yang tidak diarahkan pada tubuh fisik tetapi emosi dan perasaan harga diri,
3.Seksual,
Pelecehan seksual dipaksa atau perilaku seksual dipaksakan.  
4.Penelantaran.
Penelantaran adalah penolakan dasar perawatan manusia yang dibutuhkan untuk hidup sehat. Penelantaran bisa emosional atau fisik. Penelantaran ditandai  oleh perbedaan kekuatan dengan pelaku dalam posisi unggul dari kekuasaan atas disalahgunakan.

Kekerasan komunikasi merupakan bagian dari kekerasan emosional. Kekerasan dalam komunikasi adalah komunikasi yang membatasi kebebasan, menyangkal pengakuan, mengurangi nilai dari seseorang, dan / atau tidak punya rasa iba

Kekerasan dalam komunikasi seringkali merupakan hasil dari menggunakan bahasa manipulatif atau koersif yang menginduksi rasa takut, rasa bersalah, malu, pujian, menyalahkan, tugas, kewajiban, hukuman.

Kekerasan dalam komunikasi terjadi dalam berbicara dan mendengarkan (dan dalam berpikir, melalui self-talk atau membayangkan percakapan)

Klasifikasi kekerasan dalam komunikasi (dalam contoh):
1.    Penilaian moralistis dan evaluasi dari orang lain
Termasuk menghina, menempatkan orang-orang bawah, pelabelan, mengkritik, mendiagnosis, atau melihat seseorang sebagai "salah."
 “Murid-murid saya sangat malas.”
“Badu memahami materi. Mengapa kamu tidak bisa?”
“Saya berharap Anda orang yang lebih seperti murid kelas sebelah.”
“Kamu hanya bekerja sesuai sistem, berusaha untuk lulus tanpa melakukan pekerjaan”

2.    Mengelak tanggung jawab atas perasaan kita sendiri, pikiran, dan tindakan
Termasuk menyalahkan perasaan, pikiran, dan tindakan pada orang lain, tidak jelas, wewenang, kebijakan, aturan, peraturan, sosial atau jenis kelamin, atau tidak terkendali impuls bukan pilihan dan kebutuhan kita sendiri
"Saya harus memecat Anda karena Anda melewatkan terlalu banyak hari"
Lihat, gak mungkin bagi saya untuk mengubah “kelas” Anda."
Saya tidak bisa memberikan sebuah “ujian make-up” karena itu bukan kebijakan saja".
"Aku benci siswa gagal, tapi itulah yang terkadang setiap guru miliki

3.    Tuntutan
Termasuk ancaman tersirat atau eksplisit menyalahkan, hukuman
 "Jika Anda tidak mengubah makalah Anda tepat waktu, Anda akan gagal"
 " Jika Anda tidak di sini untuk belajar, Anda harus pergi"
 " Jika Anda menyelesaikan tugas awal ini, saya akan memberikan lima poin bonus"

Lalu apa yang terjadi jika kita melakukan kekerasan dalam komunikasi?
Jika kita berbicara keras kepada orang lain, mereka dapat melakukan apa yang kita inginkan dengan ketakutan kita merangsang, bersalah, malu, pujian, menyalahkan, tugas, kewajiban, hukuman, atau reward. Meskipun kita dapat mengendalikan orang lain dengan cara ini,

Sementara itu, sang pemberi kalimat tentu saja tidak pernah sadar secara psikologis bahwa kata-katanya  sudah menyakiti hati sang lawan bicara, hal ini sering kali terjadi karena orang tersebut sedang berada dalam tekanan atau depresi, sehingga semua yang terlontar dalam kalimat nya adalah kalimat negative.

Apabila, kita mencoba untuk empati, dan tidak terpengaruh dengan semua itu sebagai lawan bicara mungkin lebih baik. Tetapi akan lebih baik jika setiap pekataan yang keluar dari setiap komunikasi adalah kalimat positif

Hukum Tarik-Menarik menyatakan bahwa orang yang berpikir positif akan menarik segala sesuatu yang positif dalam hidup ini. Sebaliknya, orang yang berpikir negatif akan menarik segala sesuatu yang negatif dalam hidup ini.

Ibnu Qayyim berkata:
  • Perhatikan pikiranmu, karena ia akan menjadi perbuatan.
  • Perhatikan perbuatanmu, karena ia akan menjadi kebiasaan.
  • Perhatikan kebiasaanmu, karena ia akan menjadi watak.
  • Dan perhatikan watakmu, karena ia akan menentukan nasibmu.


 @justvannesa
»»  read more
0 comments

CHENG-HOO: Ketika Kelenteng Berubah Menjadi Mesjid

Masih dalam suasana imlek, ketika mendengar kata imlek di pikiran langsng terlintas sebuah kelenteng bernuansa merah, banyak lampion dan tentunya angpao. Di Surabaya, saya sempat berkunjung ke sebuah kelenteng di daerah Undaan di sebuah kompleks perumahan, dan ada hal yang berbeda dari kelenteng ini, karena aktivitas ibadah yang ada dalam kelenteng ini adalah aktivtas ibadah bagi umat Islam,. Kelenteng ini adalah sebuah masjid yang didirikan oleh warga Tionghoa Muslim Surabaya, yang tetap kental dengan nuansa Tionghoa nya tetapi tidak meninggalkan nuansa Islam nya.

Karena keunikan nya mesjid ini cukup sering dijadikan tempat wisata religi bagi para wisatawan lokal. Bentuknya yang unik dan berbeda dari mesjid pada umumnya membuat mesjid ini ramai dikunjungi wisatawan. Berbeda dengan mesjid pada umumnya, mesjid ini mirip dengan kelenteng yang warnanya banyak di dominasi oleh warna merah yang mencerminkan unsur budaya dari China.

Masjid ini dibangun dengan perpaduan unsur budaya China, budaya Islam dan budaya Jawa sebagai bentuk penghormatan kepada Laksamana asal China yang beragama Islam ketika berdagang, menjalin persahabatan dan berdakwah agama Islam di tanah Jawa.

Suasana Mesjid Cheng-Hoo di malam hari

Mesjid Chenghoo Surabaya adalah mesjid bernuansa Muslim Tionghoa yang berlokasi di Jalan Gading, Ketabang, Genteng, Surabaya atau 1.000 m utara Gedung Balaikota Surabaya atau persis di belakang RS Adi Husada, Undaan.

Masjid ini didirikan atas prakarsa para sesepuh, penasehat, dan juga beserta pengurus Perkumpulan Islam Tionghoa Indonesia (PITI)  pengurus Yayasan Haji Muhammad Cheng Ho Indonesia Jawa Timur serta tokoh masyarakat Tionghoa di Surabaya.

Mesjid ini masih tergolong muda, baru berumur sekitar 11 tahun. Pembangunan masjid ini diawali dengan peletakkan batu pertama 15 Oktober 2001 bertepatan dengan Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW. Sedangkan pembangunannya baru dilaksanakan 10 Maret 2002 dan baru diresmikan pada 13 Oktober 2002.

Keunikan dari mesjid ini ialah bangunan masjid yang menyerupai kelenteng (rumah ibadah umat Tri Dharma). Masjid ini didominasi warna merah, hijau, dan kuning. Ornamennya kental nuansa Tiongkok lama. Pintu masuknya menyerupai bentuk pagoda, terdapat juga relief naga dan patung singa dari lilin dengan lafaz Allah dalam huruf Arab di puncak pagoda. Di sisi kiri bangunan terdapat sebuah beduk sebagai pelengkap bangunan masjid.Selain Surabaya di Pandaan, Pasuruan juga telah ada masjid serupa dengan nama Masjid Cheng Hoo

Lalu mengapa mesjid ini diberi nama mesjid Chenghoo?
Nama masjid ini merupakan bentuk penghormatan pada Cheng Ho,  Laksamana asal Cina yang beragama Islam. Dalam perjalanannya di kawasan Asia Tenggara, Cheng Ho bukan hanya berdagang dan menjalin persahabatan, juga menyebarkan agama Islam.

Pada abad ke 15 pada masa Dinasti Ming (1368-1643) orang-orang Tionghoa dari Yunnan mulai berdatangan untuk menyebarkan agama Islam, terutama di pulau Jawa. Yang kemudian Laksamana Cheng Ho (Admiral Zhang Hee) atau yang lebih dikenal dengan Sam Poo Kong atau Pompu Awang pada tahun 1410 dan tahun 1416 dengan armada yang dipimpinnya mendarat di pantai Simongan,Semarang. Selain itu dia juga sebagai utusan Kaisar Yung Lo untuk mengunjungi Raja Majapahit yang juga bertujuan untuk menyebarkan agama Islam.

Untuk mengenang perjuangan dan dakwah Laksamana Cheng Hoo dan warga Tionghoa muslim juga ingin memiliki sebuah masjid dengan gaya Tionghoa maka pada tanggal 13 Oktober 2002 diresmikan Masjid dengan arsitektur Tiongkok ini.

Masjid Muhammad Cheng Hoo ini tidak sebesar mesjid pada umumnya, hanya mampu menampung sekitar 200 jama'ah. Masjid Muhammad Cheng Hoo berdiri di atas tanah seluas 21 x 11 meter persegi dengan luas bangunan utama 11 x 9 meter persegi. Masjid Muhammad Cheng Hoo juga memiliki delapan sisi dibagian atas bangunan utama. Ketiga ukuran atau angka itu ada maksudnya. Maknanya adalah angka 11 untuk ukuran Ka'bah saat baru dibangun, angka 9 melambangkan Wali Songo dan angka 8 melambangkan Pat Kwa (keberuntungan/ kejayaan dalam bahasa Tionghoa).

Perpaduan Gaya Tiongkok dan Arab memang menjadi ciri khas masjid ini. Arsitektur Masjid Cheng Ho diilhami Masjid Niu Jie (Ox Street) di Beijing yang dibangun pada tahun 996 Masehi. Gaya Niu Jie tampak pada bagian puncak, atau atap utama, dan mahkota masjid. Selebihnya, hasil perpaduan arsitektur Timur Tengah dan budaya lokal, Jawa. Arsiteknya Ir. Abdul Aziz dari Bojonegoro.

Mesjid ChengHoo di Siang Hari

Pada saat bulan ramadhan, mesjid Chenghoo banyak dikunjungi para jamaah yang ingin beribadah magrib sambil berbuka puasa. Mesjid Chenghoo menyiadakan hingga 500 kupon berbuka setiap harinya untuk hidangan berbuka puasa jamaah mesjid. Pengurus mesjid yang merupakan warga keturunan Tionghoapun juga turut andil membagikan hidangan.


Para jamaah yang ingin melanjutkan sholat tarawih disini  juga diperkenankan. Pada malam hari, mesjid Chenghoo terlihat lebih menarik, karena ornament khas budaya Tionghoa akan terlihat lebih kental dengan lampu warna-warni yang menghiasi bagian luar mesjid.

Sholat Jumat di Mesjid ChengHoo, sampai halaman depan mesjid

 Untuk para wisatawan Muslim yang sedang berada di Surabaya, disarankan untuk mampir sejenak dan menikmati sensasi beribadah yang berbeda namun tetap khusyuk.


Travel Seeker, 2014
@justvannesa
»»  read more