“Kamu
tuh gak becus”
“Masa
gini aja ga bisa, kamu lulus SD gak sih?”
“Karena
kamu ini semua pekerjaan jadi berantakan!”
“Kayaknya
kamu gak bisa deh ngerjain ini”
Pernah
gak sih kalian mendapatkan kata-kata di atas, baik dari atasan, guru, orangtua,
atau bahkan partner sendiri? Sebagian
orang menganggap ini hal yang biasa, sebagian lagi dan mungkin bagian ini lebih
banyak yang memasukan dalam hati, merusak mood kerja, merasa rendah diri,
terbebani atau bahkan sampai depresi.
Pernahkah
kalian sadari bahwa ini termasuk kekerasan dalam berkomunikasi, kekerasan yang
tidak menggunakan fisik tapi rasanya lebih pahit daripada fisik. Berikut share
sedikit tentang klasifikasi kekerasan dalam komunikasi, apa dampak nya dan
bagaimana memperbaikinya
Secara
garis besar ada empat bentuk kekerasan:
1. Fisik,
Kekerasan fisik didefinisikan sebagai
ancaman atau tindakan kekerasan fisik oleh orang lain.
2. Emosional
Pelecehan emosional bersifat memaksa
perilaku verbal dan non-verbal seperti penghinaan atau membanting pintu yang
tidak diarahkan pada tubuh fisik tetapi emosi dan perasaan harga diri,
3.Seksual,
Pelecehan seksual dipaksa atau perilaku
seksual dipaksakan.
4.Penelantaran.
Penelantaran adalah penolakan dasar perawatan
manusia yang dibutuhkan untuk hidup sehat. Penelantaran bisa emosional atau
fisik. Penelantaran ditandai oleh
perbedaan kekuatan dengan pelaku dalam posisi unggul dari kekuasaan atas
disalahgunakan.
Kekerasan komunikasi merupakan bagian dari kekerasan emosional. Kekerasan
dalam komunikasi adalah komunikasi yang membatasi kebebasan, menyangkal pengakuan,
mengurangi nilai dari seseorang, dan / atau tidak punya rasa iba
Kekerasan
dalam komunikasi seringkali merupakan hasil dari menggunakan bahasa manipulatif
atau koersif yang menginduksi rasa takut, rasa bersalah, malu, pujian,
menyalahkan, tugas, kewajiban, hukuman.
Kekerasan
dalam komunikasi terjadi dalam berbicara dan mendengarkan (dan dalam berpikir,
melalui self-talk atau membayangkan percakapan)
Klasifikasi
kekerasan dalam komunikasi (dalam contoh):
1.
Penilaian
moralistis dan evaluasi dari orang lain
Termasuk menghina, menempatkan
orang-orang bawah, pelabelan, mengkritik, mendiagnosis, atau melihat seseorang
sebagai "salah."
“Murid-murid
saya sangat malas.”
“Badu
memahami materi. Mengapa kamu tidak bisa?”
“Saya
berharap Anda orang yang lebih seperti murid kelas sebelah.”
“Kamu
hanya bekerja sesuai sistem, berusaha untuk lulus tanpa melakukan pekerjaan”
2.
Mengelak
tanggung jawab atas perasaan kita sendiri, pikiran, dan tindakan
Termasuk menyalahkan perasaan,
pikiran, dan tindakan pada orang lain, tidak jelas, wewenang, kebijakan,
aturan, peraturan, sosial atau jenis kelamin, atau tidak terkendali impuls
bukan pilihan dan kebutuhan kita sendiri
"Saya
harus memecat Anda karena Anda melewatkan terlalu banyak hari"
" Lihat,
gak mungkin bagi saya untuk mengubah “kelas” Anda."
" Saya
tidak bisa memberikan sebuah “ujian make-up” karena itu bukan kebijakan saja".
"Aku
benci siswa gagal, tapi itulah yang terkadang setiap guru miliki
3.
Tuntutan
Termasuk ancaman tersirat atau
eksplisit menyalahkan, hukuman
"Jika
Anda tidak mengubah makalah Anda tepat waktu, Anda akan gagal"
" Jika
Anda tidak di sini untuk belajar, Anda harus pergi"
" Jika
Anda menyelesaikan tugas awal ini, saya akan memberikan lima poin bonus"
Lalu
apa yang terjadi jika kita melakukan kekerasan dalam komunikasi?
Jika
kita berbicara keras kepada orang lain, mereka dapat melakukan apa yang kita
inginkan dengan ketakutan kita merangsang, bersalah, malu, pujian, menyalahkan,
tugas, kewajiban, hukuman, atau reward. Meskipun kita dapat mengendalikan orang
lain dengan cara ini,
Sementara
itu, sang pemberi kalimat tentu saja tidak pernah sadar secara psikologis bahwa
kata-katanya sudah menyakiti hati sang
lawan bicara, hal ini sering kali terjadi karena orang tersebut sedang berada
dalam tekanan atau depresi, sehingga semua yang terlontar dalam kalimat nya
adalah kalimat negative.
Apabila,
kita mencoba untuk empati, dan tidak terpengaruh dengan semua itu sebagai lawan
bicara mungkin lebih baik. Tetapi akan lebih baik jika setiap pekataan yang
keluar dari setiap komunikasi adalah kalimat positif
Hukum
Tarik-Menarik menyatakan bahwa orang yang berpikir positif akan
menarik segala sesuatu yang positif dalam hidup ini.
Sebaliknya, orang yang berpikir negatif akan menarik segala
sesuatu yang negatif dalam hidup ini.
Ibnu
Qayyim berkata:
- Perhatikan pikiranmu,
karena ia akan menjadi perbuatan.
- Perhatikan perbuatanmu,
karena ia akan menjadi kebiasaan.
- Perhatikan kebiasaanmu,
karena ia akan menjadi watak.
- Dan perhatikan watakmu,
karena ia akan menentukan nasibmu.
@justvannesa